PelajaranHadits. Dari hadits shahih riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim di atas, kita mendapatkan banyak pelajaran penting. Antara lain sebagai berikut: 1. Munafik adalah orang yang nifaq, antara lahir dan batinnya tidak sama (bertolak belakang). Yang paling parah adalah ketika secara dzahir mengatakan beriman tetapi hatinya kafir. SAUDARAKU, jika kita merasa memiliki sesuatu, bisa harta kekayaan, pangkat jabatan, pasangan, anak-anak, rumah, kendaraan, dan lain sebagainya dari urusan dunia ini, maka yakinilah bahwa semua itu hanya titipan. Bahkan diri kita pun hanyalah titipan. Kita tidak memiliki apa-apa jika Allah SWT. tidak memberi kepada kita. Kita tidak punya apa-apa jika Allah tidak menghendakinya. Selaiknya sebuah titipan, pasti ada saatnya titipan itu diambil kembali oleh sang pemilik. Dan, juga akan ada saatnya sang pemiliki mempertanyakan apa yang telah terjadi dengan titipannya. Maka, demikian pula dengan titipan Allah Swt. kepada kita. Rasulullah Saw. bersabda, “Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya dimintai pertanggungjawaban tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya.”HR. Tirmidzi. Mata kita, digunakan untuk apa? Apakah untuk membaca dan merenungi tanda-tanda kebesaran Allah Swt. sehingga makin kuat iman kita kepada-Nya, ataukah justru digunakan untuk bermaksiat? Lisan kita, digunakan untuk apa? Apakah basah dengan dzikir dan ucapan-ucapan yang Allah ridhoi, ataukan sibuk dengan ucapan dusta dan sia-sia? Demikian juga dengan berbagai hal yang menurut kita adalah milik kita, untuk apakah digunakan, apakah untuk mendekat kepada Allah atau malah menjauhi-Nya? Maasyaa Allah.. Setiap segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Allah Swt. berfirman, “Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan.” QS. Ali Imron [3] 109. Semoga Allah SWT. senantiasa memberikan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita senantiasa menyadari bahwa segala kita yang miliki adalah titipan dari Allah SWT. yang pasti kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan-Nya. Semoga kita termasuk orang yang amanah dalam mengemban amanah tersebut untuk hanya dipergunakan pada urusan-urusan yang Allah ridhoi. Aamiin yaa Robbal aalamiin. [*] Navigasi pos Semuaitu akan kembali pada Allah SWT begitupun kita sendiri. Semua Hanya Titipan Allah, Jangan Biarkan Hati Terluka Saat Kehilangan. Jumat, 1 Mei 2020 - 15:22 WIB Oleh : idrishasibuan Kehilangan. Sumber : U-Report; Share : Alhamdulilllah. Segala puji hanya milik Alloh Swt. Semoga Alloh Yang Maha Baik, menggolongkan kita kepada hamba-hamba-Nya yang istiqomah di jalan-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw. Saudaraku, jika kita merasa memiliki sesuatu, bisa harta kekayaan, pangkat jabatan, pasangan, anak-anak, rumah, kendaraan, dan lain sebagainya dari urusan dunia ini, maka yakinilah bahwa semua itu hanya titipan. Bahkan diri kita pun hanyalah titipan. Kita tidak memiliki apa-apa jika Alloh Swt. tidak memberi kepada kita. Kita tidak punya apa-apa jika Alloh tidak menghendakinya. Selaiknya sebuah titipan, pasti ada saatnya titipan itu diambil kembali oleh sang pemilik. Dan, juga akan ada saatnya sang pemiliki mempertanyakan apa yang telah terjadi dengan titipannya. Maka, demikian pula dengan titipan Alloh Swt. kepada kita. Rosululloh Saw. bersabda, “Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya dimintai pertanggungjawaban tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya.”HR. Tirmidzi Mata kita, digunakan untuk apa? Apakah untuk membaca dan merenungi tanda-tanda kebesaran Alloh Swt. sehingga makin kuat iman kita kepada-Nya, ataukah justru digunakan untuk bermaksiat? Lisan kita, digunakan untuk apa? Apakah basah dengan dzikir dan ucapan-ucapan yang Alloh ridhoi, ataukan sibuk dengan ucapan dusta dan sia-sia? Demikian juga dengan berbagai hal yang menurut kita adalah milik kita, untuk apakah digunakan, apakah untuk mendekat kepada Alloh atau malah menjauhi-Nya? Maasyaa Alloh.. Setiap segala sesuatu adalah milik Alloh dan akan kembali kepada-Nya. Alloh Swt. berfirman, “Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan.” QS. Ali Imron [3] 109 Semoga Alloh Swt. senantiasa memberikan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita senantiasa menyadari bahwa segala kita yang miliki adalah titipan dari Alloh Swt. yang pasti kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan-Nya. Semoga kita termasuk orang yang amanah dalam mengemban amanah tersebut untuk hanya dipergunakan pada urusan-urusan yang Alloh ridhoi. Aamiin yaa Robbal aalamiin. Oleh KH. Abdullah Gymnastiar, Sumber Ayo bagikan sebagai sedekah… Semuamakhluk yang bernyawa akan mengalami kematian, cepat ataupun lambat. Tidak ada yang hidup kekal kecuali Allah SWT. Dalam agama islam, ditegaskan bahwa tidak akan ada makhluk hidup di dunia ini yang hidup abadi, semuanya hanyalah sementara dan merupakan titipan dari Allah SWT. Hal tersebut diperkuat karena terkandung dalam kitab suci Al-Quran. Ketika kita mengetahui bahwa harta manusia adalah milik Allah, maka kita tahu bahwa semua harta ini hanyalah titipan dari Allah. Seseorang hanya boleh memanfaatkan barang titipan sesuai dengan aturan pemiliknya yang sesungguhnya, tidak boleh memakainya secara sembarangan. Peraturannya, ketika ada seseorang yang menitipkan barang kepada orang lain, maka orang yang dititipi boleh menggunakan barang tersebut dengan syarat mendapat izin dari pemilik barang dan harus sesuai dengan aturan yang ditetapkannya. Sebagai contoh, Si A menitipkan motor kepada si B. Maka Si B boleh menggunakan motor tersebut sesuai peraturan yang ditetapkan oleh Si A karena yang memiliki motor sesungguhnya adalah Si A. Misalnya Si A mengatakan “Kamu boleh menggunakan motor ini asalkan tidak digunakan untuk keluar kota.” Artinya Si B boleh menggunakannya sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Si A yang telah menitipkan barang. Demikian pula harta titipan Allah yang ada pada diri kita, dia hanya boleh dimanfaatkan sesuai dengan aturan Allah, tidak boleh digunakan secara sembarangan. Karena itulah, di akhirat nanti Allah akan bertanya kepada setiap hamba, “Untuk apa harta tersebut engkau habiskan?” Dari Sahabat Abu Barzah, telah berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ “Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba nanti pada hari kiamat, sehingga Allah akan menanyakan tentang 4 perkara Pertama, tentang umurnya dihabiskan untuk apa. Kedua, tentang ilmunya diamalkan atau tidak. Ketiga, Tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan ke mana dia habiskan. Keempat, tentang tubuhnya, capek / lelahnya untuk apa.” HR Tirmidzi dan Tirmidzi berkara hasan shahih. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ad-Darimi dan lainnya dan dishahihkan oleh Syaikh Muhammad bin Nashiruddin Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah. Oleh karena itu seseorang tidak boleh menggunakan seenaknya karena semua akan ditanya, apalagi dia habiskan untuk perkara-perkara yang haram atau perkara yang sia-sia. Allah Ta’ala berfirman, إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ ۖ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” QS. Al-Isra’ [17] 27 Allah juga berfirman, وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ…… “….makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” QS. Al-A’raf [7] 31 Oleh karena itu, barang siapa yang mengelola hartanya dengan tanpa hak, misalnya dia gunakan untuk perkara yang haram, perkara yang sia-sia, menghambur-hamburkan uang saja, maka dia diancam Allah dengan ancaman neraka Jahanam. Inilah penafsiran jenis pertama dari hadits tersebut, yaitu mengelola harta yang ada di dirinya tanpa hak. Allahu A’lam. Sumber Referensi Utama dengan sedikti penambahan dari penulis Andirja, Lc., MA, Dr. Firanda. 2021. Kitabul Jami’ Penjelasan Hadits-Hadits Adab dan Akhlak Jilid 2. Jakarta Ustadz Firanda Andirja Office. Navigasi pos 7Pahala Ibu Hamil, Mulai dari Pahala Haji Hingga Pahala Puasa. Sudah tahukah 7 pahala yang akan calon Mama dapatkan bila hamil kelak? Kehamilan merupakan anugerah dari Allah SWT bagi sepasang suami istri. Kehamilan menjadi momen yang paling ditunggu oleh pasangan yang sudah menikah]44. Alangkah bahagianya perempuan Islam yang sedang mengandung
Yang harus engkau ingat dalam benakmu … Hartamu hanyalah titipan ilahi. Allah Ta’ala berfirman, آَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ فَالَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan sebagian dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” QS. Al Hadiid 7 Faedah dari ayat di atas Pertama Perintah untuk beriman pada Allah dan Rasul-Nya. Kedua Dorongan untuk berinfak. Ketiga Pahala yang besar di balik, iman dan infak. Keempat Al Qurthubi menjelaskan, “Ayat ini merupakan dalil bahwa pada hakekatnya harta tersebut milik Allah. Hamba tidaklah memiliki apa-apa melainkan apa yang Allah ridhoi. Siapa saja yang menginfakkan hartanya pada jalan Allah sebagaimana halnya seseorang yang mengeluarkan harta orang lain dengan seizinnya, maka ia akan mendapatkan pahala yang melimpah dan amat banyak. ” Al Qurtubhi sekali lagi mengatakan, “Hal ini menunjukkan bahwa harta kalian bukanlah miliki kalian pada hakikatnya. Kalian hanyalah bertindak sebagai wakil atau pengganti dari pemilik harta tersebut yang sebenarnya. Oleh karena itu, manfaatkanlah kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya untuk memanfaatkan harta tersebut di jalan yang benar sebelum harta tersebut hilang dan berpindah pada orang-orang setelah kalian. ” Lantas Al Qurtubhi menutup penjelasan ayat tersebut, “Adapun orang-orang yang beriman dan beramal sholih di antara kalian, lalu mereka menginfakkan harta mereka di jalan Allah, bagi mereka balasan yang besar yaitu SURGA.” Tafsir Al Qurthubi, 17/238 Intinya maksud Al Qurthubi, harta hanyalah titipan ilahi. Semua harta Allah izinkan untuk kita manfaatkan di jalan-Nya dalam hal kebaikan dan bukan dalam kejelekan. Jika harta ini pun Allah ambil, maka itu memang milik-Nya. Tidak boleh ada yang protes, tidak boleh ada yang mengeluh, tidak boleh ada yang merasa tidak suka karena manusia memang orang yang fakir yang tidak memiliki harta apa-apa pada hakikatnya. Renungkanlah hal ini … ! Penulis Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Panggang-GK, 25 Jumadil Awwal 1431 H
Hidupdi dunia ini hanya sementara, apa yang mesti kita banggakan wahai sobat? Rumah indah nan megah, mobil yang mahal, istri atau suami yang cantik dan tampan, anak cerdas nan disayang, semua itu adalah titipan maka namanya juga titipan. Jika ketika titipan itu diambil jangan marah, karena titipan itu sewaktu-waktu akan diambil oleh pemiliknya.
Yang harus engkau ingat dalam benakmu … Hartamu hanyalah titipan ilahi. Allah Ta’ala berfirman, آَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ فَالَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan sebagian dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” QS. Al Hadiid 7 Faedah dari ayat di atas Pertama Perintah untuk beriman pada Allah dan Rasul-Nya. Kedua Dorongan untuk berinfak. Ketiga Pahala yang besar di balik, iman dan infak. Keempat Al Qurthubi rahimahullah menjelaskan, “Ayat ini merupakan dalil bahwa pada hakekatnya harta tersebut milik Allah. Hamba tidaklah memiliki apa-apa melainkan apa yang Allah ridhoi. Siapa saja yang menginfakkan hartanya pada jalan Allah sebagaimana halnya seseorang yang mengeluarkan harta orang lain dengan seizinnya, maka ia akan mendapatkan pahala yang melimpah dan amat banyak. ” Al Qurtubhi sekali lagi mengatakan, “Hal ini menunjukkan bahwa harta kalian bukanlah miliki kalian pada hakikatnya. Kalian hanyalah bertindak sebagai wakil atau pengganti dari pemilik harta tersebut yang sebenarnya. Oleh karena itu, manfaatkanlah kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya untuk memanfaatkan harta tersebut di jalan yang benar sebelum harta tersebut hilang dan berpindah pada orang-orang setelah kalian. ” Lantas Al Qurtubhi menutup penjelasan ayat tersebut, “Adapun orang-orang yang beriman dan beramal sholih di antara kalian, lalu mereka menginfakkan harta mereka di jalan Allah, bagi mereka balasan yang besar yaitu SURGA.” Tafsir Al Qurthubi, 17/238 Intinya maksud Al Qurthubi, harta hanyalah titipan ilahi. Semua harta Allah izinkan untuk kita manfaatkan di jalan-Nya dalam hal kebaikan dan bukan dalam kejelekan. Jika harta ini pun Allah ambil, maka itu memang milik-Nya. Tidak boleh ada yang protes, tidak boleh ada yang mengeluh, tidak boleh ada yang merasa tidak suka karena manusia memang orang yang fakir yang tidak memiliki harta apa-apa pada hakikatnya. Renungkanlah hal ini … ! Penulis Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Panggang-GK, 25 Jumadil Awwal 1431 H Semuahanya titipan Allah! | Ust Adi Hidayat Lc., Ma's Video From Afterlife Fighters have lenght about 16:08 and was viewed more than 62946 and is still growing. Related Video with Semua hanya titipan Allah! | Ust Adi Hidayat Lc., Ma My Life.. My Story.. My Dream.. | Biografi - Ust Adi Hidayat Lc MA Kita paling tidak bisa lepas dari sifat yang satu ini. Jika memiliki harta berlebih, handphone yang smart, yang terlihat mentereng dan mahal, pasti ingin sekali dipamer-pamerkan. Selalu berbangga dengan harta dan perhiasan dunia, itulah jadi watak sebagian kita. Semoga Allah memberikan taufik pada kita untuk merenungkan surat berikut التَّكَاثُرُ 1 حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ 2 كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ 3 ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ 4 كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ 5 لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ 6 ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ 7 ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ 8“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, 1 sampai kamu masuk ke dalam kubur. 2 Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui akibat perbuatanmu itu, 3 dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. 4 Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, 5 niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, 6 dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ainul yaqin. 7 kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan yang kamu megah-megahkan di dunia itu 8.” QS. At Takatsur 1-8Saling Berbangga dengan Anak dan HartaInilah watak manusia saling berbangga dengan keturunan dan harta. Lihatlah bagaimana jika kita memiliki anak yang pintar, pasti akan dibanggakan. Begitu pula ketika kita memiliki harta mewah, sama halnya dengan hal Jarir menyebutkan tafsiran ayat “أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ” dari Qotadah. Maksud ayat tersebut adalah seperti menyatakan, “Kami lebih banyak dari keturunan si fulan, atau keturunan A lebih unggul dari keturunan B. Kebanggaan itu semua melalaikan hingga mereka mati dalam keadaan sesat.” Tafsir Ath Thobari, 24 598-599Yang dimaksud berbangga di sini adalah dalam harta sebagaimana tafsiran sebagian ulama. Lihat Tafsir Ath Thobari, 24 599Ibnu Katsir berkata, “Kecintaan terhadap dunia, kenikmatan dan perhiasannya telah melalaikan kalian dari mencari akhirat. Hal itu pun berlanjut dan baru berhenti ketika datang maut dan ketika berada di alam kubur saat kalian menjadi penghuni alam tersebut.” Tafsir Al Qur’an Al Azhim, 14 442Al Hasan Al Bashri berkata mengenai ayat di atas, “Berbangga-bangga dengan anak dan harta benar-benar telah melalaikan kalian dari ketaatan.” Tafsir Al Qur’an Al Azhim, 14 442Harta dan Kebanggaan akan SirnaBerbangga-bangga seperti di atas sehingga membuat lalai dari ketaatan baru berhenti ketika seseorang masuk ke alam Qotadah, dari Muthorrif, dari ayahnya, ia berkata, “Aku pernah mendatangi Nabi shallallahu alaihi wa sallam membaca ayat “أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ” sungguh berbangga-bangga telah melalaikan kalian dari ketaatan, lantas beliau bersabda,يَقُولُ ابْنُ آدَمَ مَالِى مَالِى – قَالَ – وَهَلْ لَكَ يَا ابْنَ آدَمَ مِنْ مَالِكَ إِلاَّ مَا أَكَلْتَ فَأَفْنَيْتَ أَوْ لَبِسْتَ فَأَبْلَيْتَ أَوْ تَصَدَّقْتَ فَأَمْضَيْتَ“Manusia berkata, “Hartaku-hartaku.” Beliau bersabda, “Wahai manusia, apakah benar engkau memiliki harta? Bukankah yang engkau makan akan lenyap begitu saja? Bukankah pakaian yang engkau kenakan juga akan usang? Bukankah yang engkau sedekahkan akan berlalu begitu saja?” HR. Muslim no. 2958Dari Anas bin Malik, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ ، يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ ، فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ ، وَيَبْقَى عَمَلُهُ“Yang akan mengiringi mayit hingga ke kubur ada tiga. Yang dua akan kembali, sedangkan yang satu akan menemaninya. Yang mengiringinya tadi adalah keluarga, harta dan amalnya. Keluarga dan hartanya akan kembali. Sedangkan yang tetap menemani hanyalah amalnya.” HR. Bukhari no. 6514 dan Muslim no. 2960Al Hafizh Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq menyebutkan biografi Al Ahnaf bin Qois –nama yang biasa kita kenal adalah Adh Dhohak-, bahwasanya beliau melihat dirham di genggaman tangan seseorang. Lantas Al Ahnaf bertanya, “Dirham ini milik siapa?” “Milik saya”, jawabnya. Al Ahnaf berkata, “Harta tersebut jadi milikmu jika engkau menginfakkannya untuk mengharap pahala atau dalam rangka bersyukur.” Kemudian Al Ahnaf berkata seperti perkataan penyair,أنتَ للمال إذا أمسكتَه … فإذا أنفقتَه فالمالُ لَكْ …Engkau akan menjadi budak harta jika engkau menahan harta tersebut,Namun jika engkau menginfakkannya, harta tersebut barulah jadi milikmu. Tafsir Al Qur’an Al Azhim, 14 443Kenapa dikatakan harta yang disedekahkan atau disalurkan sebagai nafkah itulah yang jadi milik kita? Jawabnya, karena harta seperti inilah yang akan kita nikmati sebagai pahala di akhirat kelak. Sedangkan harta yang kita gunakan selain tujuan itu, hanyalah akan sirna dan tidak bermanfaat di akhirat Lihatlah Orang di BawahmuSuatu saat Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah menyampaikan nasehat kepada Abu Dzar. Abu Dzar berkata,أَمَرَنِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ أَمَرَنِي بِحُبِّ الْمَسَاكِينِ وَالدُّنُوِّ مِنْهُمْ وَأَمَرَنِي أَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ دُونِي وَلَا أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقِي“Kekasihku yakni Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintah tujuh perkara padaku, di antaranya 1 Beliau memerintahkanku agar mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka, 2 beliau memerintahkanku agar melihat orang yang berada di bawahku dalam masalah harta dan dunia, juga supaya aku tidak memperhatikan orang yang berada di atasku. …” HR. Ahmad, 5 159. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahihDari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ“Pandanglah orang yang berada di bawahmu dalam masalah harta dan dunia dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu dalam masalah ini. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” HR. Muslim no. 2963Al Ghozali –rahimahullah- mengatakan, “Setan selamanya akan memalingkan pandangan manusia pada orang yang berada di atasnya dalam masalah dunia. Setan akan membisik-bisikkan padanya Kenapa engkau menjadi kurang semangat dalam mencari dan memiliki harta supaya engkau dapat bergaya hidup mewah[?]’ Namun dalam masalah agama dan akhirat, setan akan memalingkan wajahnya kepada orang yang berada di bawahnya yang jauh dari agama. Setan akan membisik-bisikkan, Kenapa dirimu merasa rendah dan hina di hadapan Allah[?]” Si fulan itu masih lebih berilmu darimu’.” Lihat Faidul Qodir Syarh Al Jaami’ Ash Shogir, 1/573Mengapa Mesti Berbangga-bangga?Mengapa kita mesti berbangga-bangga, sedangkan harta hanyalah kita mesti berbangga-bangga, sedangkan harta yang bermanfaat jika digunakan dalam yang digunakan selain untuk jalan kebaikan, tentu akan sirna dan yang kita banggakan adalah bagaimana keimanan kita, bagaimana ketakwaan kita di sisi Allah, bagaimana kita bisa amanat dalam menggunakan harta titipan Qurthubi pernah menerangkan mengenai ayat berikut ini,آَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ فَالَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan sebagian dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” QS. Al Hadiid 7. Beliau berkata, “Hal ini menunjukkan bahwa harta kalian bukanlah miliki kalian pada hakikatnya. Kalian hanyalah bertindak sebagai wakil atau pengganti dari pemilik harta tersebut yang sebenarnya. Oleh karena itu, manfaatkanlah kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya untuk memanfaatkan harta tersebut di jalan yang benar sebelum harta tersebut hilang dan berpindah pada orang-orang setelah kalian. ”Lantas Al Qurtubhi menutup penjelasan ayat tersebut, “Adapun orang-orang yang beriman dan beramal sholih di antara kalian, lalu mereka menginfakkan harta mereka di jalan Allah, bagi mereka balasan yang besar yaitu SURGA.” Tafsir Al Qurthubi, 17/238Raihlah surga Allah, raihlah jannah-Nya. Itulah yang mesti kita cari dan kita الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا“Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Sesungguhnya kepada Allah-lah tempat kalian semua kembali.” QS. Al Ma’idah 48 18k. Kita telah mengetahui bahwa Allah satu-satunya pemberi rizki. Rizki sifatnya umum, yaitu segala sesuatu yang dimiliki hamba, baik berupa makanan dan selain itu. Dengan kehendak-Nya, kita bisa merasakan berbagai nikmat rizki, makan, harta dan lainnya. Namun mengapa sebagian orang sulit menyadari sehingga hatinya pun bergantung pada selain
Saudaraku, SAAT ini banyak di antara kita yang sombong dengan apa yang dimilikinya. Mereka bangga dengan harta, pangkat, jabatan, rumah, kendaraan, gelar dan lain sebagainya. Padahal benarkah itu semua milik kita? Saudaraku, Sesungguhnya apa-apa yang kita miliki di dunia ini hanyalah titipan dari Allah SWT. Maka sungguh sangat dangkat hidup kita jika kita beranggapan bahwa apa yang kita gunakan saat ini adalah milik kita. Betapa hidup kita tidak bernilai jika hanya menjadikan perhiasan dunia sebagai tolak ukur kemuliaan. Sungguh konyol jika kita merasa terhormat oleh bungkus, sedangkan terhadap isi kita abai. Tidakkah kita sadar bahwa semua itu tiada lain hanyalah titipan dari Allah Swt. Bahkan kita hidup di dunia pun hanya nebeng saja, dan alam semesta ini mutlak adalah milik Allah Swt. Lantas apa yang pantas kita sombongkan sebenarnya? Tidak ada sedikitpun. Di dalam Al Quran terdapat hikmah yang sangat besar terkandung dalam nasehat Luqman kepada putranya. Allah Swt. berfirman, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” QS. Lukman [31] 18. Saudaraku, Kehidupan kita adalah karunia dari Allah. Hanya Allah yang mencukupi rezeki kita, melimpahi kita dengan berbagai karunia-Nya. Bumi ini hanya milik Allah, sedangkan kita hanya nebeng sementara dan hanya sebentar saja.[] Sumber Nasihat-nasihat Aa Gym
Itusemua harus di pertanggung jawabkan. Kembali ke awal tadi bahwa semua hanya titipan dari ALLAh maka ketika ALLAH pun tidak suka dengan cara kita menjaga titipan yang telah di percayakan kepada kita itu, tidak salah kalau DIA mengambilnya sedikit demi sedikit. Dan di saat itulah keihlasan menerima kita di uji,. “Biar kita kehilangan sesuatu karena Allah, asal kita tidak kehilangan Allah karena sesuatu”.Itulah kalimat bijak dan penuh hikmah. Penuh makna dan bisa menjadi renungan kita. Momentum buat kita introspeksi diri. Agar kita senantias berdoa untuk yang terbaik, berpikir lebih positif dari hari ini. Lalu, pasrah sambil tetap istiqomah di jalan Allah SWT. Karena apalagi yang bisa kita perbuat, selain ikhtiar dan berserah kepada-Nya. Anda, saya, kita dan yang ada di sekitar kita, HANYA titipan Allah …Cobaan dan ujian bisa datang kapan saja, tanpa kita minta tanpa bisa ditolak. Musibah bisa silih berganti datangnya, apalagi kalau bukan untuk menguatkan kita. Senang dan bahagia, bisa datang untuk menghibur kita kkarean tidak ada duka yang di dekat kita, akan dan bisa datang silih berganti. Siang akan berganti malam, duka berganti suka, sesal berganti bahagia, dan seterusnya. Semua ada dalam hidup kita dan sudah menjadi suratan Takdir-Nya …Apa artinya untuk kita?Artinya, di dunia ini memang tidak ada yang abadi. Hanya Allah SWT yang abadi. Semuanya titipan Allah. Segala yang kita miliki terlalu mudah untuk lepas dari genggaman. Cepat atau lambat, orang-orang yang kita cintai, harta kekayaan dan segala yang kita miliki tiba-tiba akan berkurang atau pernah kita sangka, tiba-tiba salah satu anggota keluarga yang kita cintai meninggal dunia. Apalagi pangkat dan jabatan yang kita sandang, terlalu mudah untuk hilang. Itulah misteri hidup dan dapat menimpa siapa hanya titipan Allah. Termasuk anak, istri, suami kita. Begitu pula harta, pangkat dan jabatan. Sekadar titipan sekaligus amanah untuk kita. Tidak ada yang abadi di dunia ini. Semuanya titipan Allah. Tinggal kita mau merenunginya atau tidak?Ya, hanya titipan Allah. Seperti yang sehari-hari dialami tukang parkir. Di lahan parkir, berbagai merek mobil atau motor datang menghampirinya. Dari yang mahal hingga yang murah. Dari yang masih mulus sampai yang sudah penyok. Sesaat saja, tukang parkir bisa menguasai puluhan atau ratusan kendaraan. Ingat, untuk beberapa saat itu, ketika sore tiba, ketika malam datang. Semua kendaraan pergi dan diambil kembali oleh pemiliknya. Si tukang parker tak punya apa-apa, sendiri lagi. Sepi tiada yang dipunya. Karena semua hanya “titipan” hebatnya, si tukang parkir tak pernah mengeluh. Tugasnya menjaa saat dia punya, dan membiarkkan yang dijaganya pergi. Karena semua hanya titipan. Si tukang parkir tak pernah berat hati saat kendaraan-kendaraan itu diambil kembali oleh pemiliknya. Dia tidak pernah menolak. Atau protes sekalipun kepada sang pemilik. Karena si tukang parkir sadar. Ia mengerti, semua kendaraan itu hanya titipan. Sekali lagi, hanyalah titipan !Dulu, saat kita lahir, tidak sehelai benangpun kita bawa. Kita memang bukan siapa-siapa. Tak mampu melakukan apapun selain menangis. Mengucurkan air Allah menitipkan rezeki-Nya kepada kita. Melalui air susu Ibu, energi kita tercukupi dan bisa bertahan hidup. Allah berikan pakaian, selimut, minyak kayu putih, air, dan sebagainya. Kebutuhan kita menjadi terpenuhi. Hingga akhirnya, kita bisa sebesar ini, semampu sekarang. Tidak lain, itu semua karena kemurahan cukupkah? Belum. Allah masih karuniakan kita lagi berbagai perhiasan dunia. Kita diberi pasangan dan anak-anak. Harta yang cukup atau melimpah. Kita dititipkan pangkat, jabatan, juga nama baik di mata manusia lainnya. Sekali lagi, itu semua berkat kemurahan lagi, kita makin sadar setiap apa yang kita miliki adalah titipan Allah. Sepatutnya, sebagai pihak yang dititipi kita harus menjaga titipan dengan amanah. Walau kita tahu, tidak sedikit manusia yang menyia-nyiakan titipan Allah. Karena masih ada orang tua yang menelantarkan anaknya. Masih ada orang kaya yang bersuka ria dalam kemaksiatan. Masih banyak dari kita yang berfoya-foya dalam kecukupannya …Asal kita eling saja. Sungguh, semua yang kita miliki adalah titipan Allah. Pasangan hidup adalah titipan, bimbinglah di jalan Allah. Anak-anak adalah titipan, didiklah di jalan Allah. Harta juga titipan, gunakanlah untuk kebaikan di jalan Allah. Pangkat atau jabatan adalah titipan, embanlah dengan amanah, jujur dan bertanggung jawab. Agar semuanya menjadi ibadah yang kita miliki adalah titipan Allah. Tak perlu tinggi hati. Tak perlu sombong. Anak-anak yang lucu dan pintar. Pasangan yang berparas indah. Rumah yang megah. Pangkat atau jabatan tinggi. Harta kekayaan yang berlimpah. Semua itu adalah titipan. Semua itu amanah agar kita mampu mengelolanya untuk menggapai ridho Allah. Amanah untuk merengkuh jalan keselamatan, bukan jalan ini bisa jadi pelajaran berharga. Tentang, semua yang kita miliki adalah titipan Allah. Sehingga, jangan ada lagi ucapan dari mulut kita, Ya Allah, kenapa harus aku yang diuji? Mengapa Engkau tidak kabulkan doaku?. Semoga kita tidak termasuk golongan yang berprasangka buruk pada ketetapan Allah. Tidak menyalahkan siapapun. Tapi tetap sabar dan istiqomah menjalani adalah keniscayaan terhadap sunnah Allah. Bergantinya tahun, berpindahnya satu waktu ke waktu yang lain merupakan evolusi masalah demi masalah, ujian demi ujian. Maka kita, dalam keadaan apapun, berkenan atau tidak berkenan, senang atau tidak senang, kita harus tetap cinta kepada Allah. Allah adalah pemilik semesta alam, termasuk pemilik memang penuh warna-warni, Ada suka, ada duka. Ada tawa, ada tangis. Tidak satu pun manusia di dunia ini yang merasa bahagia melulu tanpa sedih. Tak ada juga orang yang sedih melulu tanpa ada bahagia. Itu sudah menjadi hukum Allah. Dan setiap kita sudah punya episode kehidupan masing-masing. Jadi, persoalan bukan terletak pada masalahnya, tapi pada sikap kita terhadap suatu pepatah, bila air di gelas tumpah, biarkan pikiran dan hati tak tenggelam dalam kesedihan yang berlarut. Karena semua terjadi sesuai dengan ketetapan Allah. Kita perlu kuatkan pikiran dan hati. Agar kita lebih sabar dan selalu ikhtiar di jalan Allah. Sebagai hamba-Nya, apa yang menjadi jatah kita pasti Allah berikan. Tapi apa yang memang bukan jatah kita, Allah pasti tidak akan berikan. Meski ia nyaris menghampiri kita, mati-matian kita mengusahakannya, percayalah ia tidak akan bisa kita miliki jika memang bukan jatah setiap persoalan hidup patut kita sikapi dengan baik. Kita semua butuh pikiran, mental, dan hati yang luas. Hati yang jembar untuk mengalahkan samudera persoalan hidup di dunia. Memang, seolah kamuflase. Tapi, kita patut merenungkannya. Sambil mempelajari sikap yang mungkin terlalu sering kita lupakan selama hidup. Apa itu?1. Hati yang selalu siap dalam menerima apapaun yang terjadi. 2. Tetap ikhlas jika apapaun sudah terjadi. 3. Tak perlu berptus asa, apalagi mengeluh. 4. Tetap introspeksi diri. 5. Bersandar hanya kepada tak perlu bersandar ke selain Allah. Agar tak takut sandarannya hilang. Istri yang bersandar kepada suami, takut kehilangan suaminya. Karyawan yang bersandar kepada kantor, takut kehilangan saya, buat sahabat, mari tanamkan dalam hati dan pikiran kita, lalu katakan, “Semua hanya titipan Allah.” Biar kita kehilangan sesuatu karena Allah, asal kita tidak kehilangan Allah karena sesuatu. YukEling Semuahanya titipan Allah `azza wa jalla Semoga artikel-artikel yang ada di dalam blog ini bermanfaat bagi kita semua. Semua artikel dalam blog ini boleh di-copy dan disebarluaskan, tapi mohon untuk menyertakan link ke blog ini (www.hanyasebuahtitipan.blogspot.com). .
  • ni5vv7p8uk.pages.dev/205
  • ni5vv7p8uk.pages.dev/339
  • ni5vv7p8uk.pages.dev/410
  • ni5vv7p8uk.pages.dev/430
  • ni5vv7p8uk.pages.dev/379
  • ni5vv7p8uk.pages.dev/468
  • ni5vv7p8uk.pages.dev/197
  • ni5vv7p8uk.pages.dev/390
  • hadits semua hanya titipan allah