Kesimpulansang penulis: Pram adalah seorang humanis tulen, sebagaimana sosok Multatuli yang dikagumi Pram habis-habisan Dan yang lebih mengejutkan lagi: Pram ternyata jauh berbeda dengan apa yang dituduhkan oleh rejim Orde Baru pada dirinya. Buku ini sebetulnya adalah sebuah desertasi doktor dari sang penulisnya.
0% found this document useful 0 votes3 views11 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes3 views11 pagesUjian Semester Sejarah Peminatan SalinanJump to Page You are on page 1of 11 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 10 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
PBBbermarkas tetap di New York. Tujuan utama didirikannya PBB, seperti yang disinggung dalam piagam PBB, adalah untuk menjaga perdamaian di dunia, mengembangkan hubungan persahabatan antar bangsa, memupuk kerjasama internasional untuk menyelesaikan berbagai masalah ekonomi, sosial, dan budaya, serta mengembangkan penghormatan atas Hak Asasi Manusia dan kebebasan.
Renggangnyahubungan antara Indonesia dan negara-negara Barat pada masa Demokrasi Terpimpin disebabkan. A. negara Barat tidak mendukung Gerakan Nonblok B. Indonesia dianggap sebagai ancaman bag
- Februari 1960 menjadi bulan paling bersejarah bagi hubungan diplomatik Indonesia dan Uni Soviet. Untuk pertama kalinya setelah perang, Uni Soviet dengan diwakili Perdana Menterinya, Nikita Sergeyevich Khrushchev, berkunjung secara resmi ke Indonesia. Tak tanggung-tanggung, ia beserta rombongan menghabiskan waktu di Indonesia selama dua pekan. Selain Jakarta, Khrushchev juga berkunjung ke berbagai tempat, antara lain Bogor, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Bali. Selama kunjungan, sambutan meriah ditunjukkan pemerintah Indonesia dan rakyatnya, meski sempat muncul nada sumbang pada kehadiran kepala pemerintahan negara komunis terbesar di dunia saat itu. Khrushchev beserta rombongan tiba di Indonesia pada 18 Februari 1960 di Lapangan Udara Kemayoran, Jakarta. Kedatangan mereka disambut meriah Presiden Sukarno beserta jajaran kabinet. Malam harinya, pemerintah Indonesia mengadakan jamuan makan malam di Istana Indonesia dan Uni Soviet Dalam pidato sambutan acara jamuan makan malam, seperti dikutip dari "Inventaris Arsip Pidato Presiden RI 1958-1967, Pidato Presiden Sukarno" koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia ANRI, Sukarno mengatakan bahwa kedatangan Khrushchev merupakan simbol persahabatan Indonesia dengan Uni Soviet. Bagi Sukarno, Khrushchev adalah simbol perdamaian dunia, seorang tokoh yang konsisten menentang kolonialisme dan imperialisme, sejalan dengan apa yang diperjuangkan Sukarno dan pidatonya, Sukarno juga menekankan bahwa rakyat Indonesia adalah rakyat yang berjuang untuk kemerdekaan, masyarakat adil dan makmur, dan perdamaian. “Memang perjuangan rakyat Indonesia yang telah berjalan berpuluh-puluh tahun ini bisa dimasukkan dalam tiga kerangka,” ungkap adalah perjuangan membebaskan Indonesia dari kolonialisme dan imperialisme dan mendirikan satu negara Republik Indonesia yang merdeka seratus persen. Kedua, membangun Republik Indonesia sebagai satu masyarakat adil dan makmur, tanpa penghisapan manusia kepada manusia. Ketiga, meletakkan Republik Indonesia dalam hubungan persahabatan dengan semua bangsa-bangsa di muka Bumi. Menanggapi pidato sambutan Sukarno, seperti termaktub dalam "Inventaris Arsip Pidato Presiden RI 1958-1967, Pidato Perdana Menteri Khrushchev" koleksi ANRI, Khrushchev mengapresiasi sambutan pemerintah dan rakyat Indonesia atas kedatangannya dengan pidato yang tak kalah meriah. Ia memperkuat apa yang disampaikan Sukarno bahwa Uni Soviet selalu menaruh simpati pada bangsa-bangsa yang berjuang untuk kemerdekaan. Sebelum menutup sambutannya, Khrushchev mencoba membandingkan kekayaan yang dimiliki negerinya dengan apa yang dimiliki Indonesia. Ia berucap bahwa Indonesia adalah negeri yang kaya raya, tetapi menurut dia negerinya juga tidak kalah kaya. “Segala sesuatu yang dipunyai oleh Indonesia juga dipunyai oleh Uni Soviet, barangkali dengan pengecualian buah-buahan yang lezat sekali di sini, dan satu perbandingan lagi, kami di Uni Soviet ada banyak salju, di Indonesia tidak ada sama sekali,” kata Khrushcev, yang disambut gelak tawa hadirin dalam jamuan makan akhir pembicaraan, Khrushcev berseloroh, “Tetapi saya tidak mau menyembunyikan bahwa juga ada perselisihan antara saya dengan sahabat saya Bung Karno. Dan malahan perselisihan itu barangkali bisa tumbuh kalau saya diberikan tekanan terus. Perselisihan itu antara lain adalah bahwa di sini banyak sekali makanan dan saya dipaksakan terus agar makan semua.”Dicibir Gara-Gara Komunis Sehari kemudian, rombongan dari Negeri Beruang Merah itu dibawa Sukarno mengunjungi proyek pembangunan kompleks Asian Games 1962 di Kebayoran Baru, Jakarta. Kunjungan itu juga sebagai bentuk ucapan terima kasih atas bantuan pemerintah Uni Soviet berupa pinjaman berbunga rendah dan technical experts untuk membangun fasilitas Asian Games. Dalam "Inventaris Arsip Pidato Presiden RI 1958-1967, Pidato Sukarno Pada Kunjungan Khrushchev di Kompleks Asian Games" koleksi ANRI disebutkan, Khrushchev diberi kehormatan untuk memancangkan pancang beton nomor seratus bagi landasan stadion utama. Pada kunjungan ke Surabaya, 22 Februari 1960, Khrushchev mendapat sambutan meriah dari rakyat ibu kota Jawa Timur itu. Diperkirakan satu juta manusia menyambut kedatangannya. Namun, kedatangan Khrushchev juga memunculkan cibiran dari sebagian orang. “Saya tadi mendengar ucapan seseorang; olah apa, Bung Karno iki nggawa komunis nang kene? Mengapa Bung Karno membawa orang Komunis kemari?. Saya bertanya, lantas mau apa? Apa orang komunis itu setan? Tidak saudara-saudara, sama-sama manusia dengan kita, apalagi Perdana Menteri Khrushchev pemimpin daripada satu negara yang bersahabat dengan kita, pemimpin negara daripada negara yang rakyatnya berjumlah 212 juta manusia,” terang Sukarno dalam sambutannya ketika rombongan Khrushchev tiba di Surabaya ANRI, "Inventaris Arsip Pidato Presiden RI 1958-1967, Pidato Sukarno Pada Kunjungan Khrushchev di Surabaya", nomor arsip 168. Melanjutkan tanggapannya atas omongan miring tersebut, Sukarno melempar guyonan.“Coba lihat Perdana Menteri Khrushchev yang tadi berdiri di hadapan saudara-saudara orangnya tidak tinggi, malahan rada-rada lemu agak gemuk, amat sederhana sekali. Jadi sebenarnya, maaf, seribu maaf, manusia sederhana yang duduk di belakang saya ini yang badannya pendek, maaf seribu maaf, agak gemuk, beliau mewakili rakyat Soviet ditambah dengan rakyat negara-negara sosialis lain, paling sedikit juta manusia. Tidakkah kita bangga bahwa kita didatangi oleh orang yang mewakili juta manusia?” Berharap Persahabatan yang Kekal Seusai menyelesaikan kunjungan di Surabaya, rombongan Khrushchev bergerak menuju Bali. Pada 25 Februari 1960, rombongan sampai di Denpasar. Sepanjang jalan, tak kalah dengan daerah lain, rakyat Bali menyambut kedatangan rombongan dari Uni Soviet itu dengan gegap gempita. Setelah mengunjungi Bali, tamu rombongan kembali ke Jakarta dan menuntaskan lawatan kenegaraan Uni Soviet di Indonesia pada 1 Maret 1960. Khrushchev dan rombongan kembali bertolak ke negerinya melalui Lapangan Udara Kemayoran, Jakarta. Dalam sambutan penutup, Khrushchev mengatakan bahwa persahabatan Indonesia dan Uni Soviet akan semakin erat karena persamaan cita-cita dan tekad. Atas dasar itulah persaudaraan dua negara ini akan terus berdiri teguh. “Dan oleh karena dasar-dasar yang objektif, maka saya yakin persahabatan Indonesia dan Uni Soviet akan berlangsung kekal,” ujar Khrushchev. Pidato tersebut disambut baik oleh Sukarno. Presiden pertama RI itu menyatakan “Antara Moskow dan Jakarta terpisah jarak kurang lebih 10 ribu kilometer, tetapi dengan teknik modern telah membuat jarak itu menjadi amat pendek. Lebih daripada itu, cita-cita yang sama [...] Dengan adanya cita-cita yang sama, rasa simpati yang kuat, rasa cinta yang mendalam itu, maka kami rasakan jarak Moskow dan Jakarta menjadi dekat. Moga kita bertemu kembali, hiduplah persahabatan Uni Soviet-Indonesia.”Tujuh tahun setelah kunjungan Khrushchev, Sukarno dilengserkan dari jabatannya sebagai presiden. Suksesornya, Soeharto yang anti-komunis, memutus hubungan persahabatan dan diplomatik dengan Uni Soviet. Berpuluh tahun kemudian, pada awal 1990-an, hubungan tersebut dipulihkan kembali setelah rezim komunis Uni Soviet runtuh. - Humaniora Reporter Faishal Hilmy MaulidaPenulis Faishal Hilmy MaulidaEditor Ivan Aulia AhsanGambargambar yang terkait dengan PBB. b. Manual pembuatan laporan 2. Alat dan Bahan (untuk setiap kelompok) No Jenis Jumlah 1 Bagan Struktur PBB 1 2 Gambar tokoh pendiri PBB 1 3 Contoh Gambar peranan PBBdi bid politik 1 4 Contoh Gambar peran PBB dibid social Bud 1 5 contohGambarperan PBB di bid ekonomi 1 6 Kertas HVS/Folio bergaris 4 3
Nikita Khrushchev 15 April 1894—11 September 1971 adalah pemimpin Uni Soviet selama dekade kritis Perang Dingin . Gaya kepemimpinan dan kepribadian ekspresifnya mewakili permusuhan Rusia terhadap Amerika Serikat di mata publik Amerika. Sikap agresif Khrushchev terhadap Barat memuncak dalam kebuntuan dengan Amerika Serikat selama Krisis Rudal Kuba tahun 1962. Fakta Singkat Nikita Khrushchev Nama Lengkap Nikita Sergeyevich Khrushchev Dikenal karena Pemimpin Uni Soviet 1953–1964 Lahir 15 April 1894, di Kalinovka, Rusia Meninggal 11 September 1971 di Moskow, Rusia Nama Pasangan Nina Petrovna Khrushchev Masa muda Nikita Sergeyevich Khrushchev lahir 15 April 1894, di Kalinovka, sebuah desa di Rusia selatan. Keluarganya miskin, dan ayahnya terkadang bekerja sebagai penambang. Pada usia 20 Khrushchev telah menjadi pekerja logam yang terampil. Dia berharap untuk menjadi seorang insinyur, dan menikah dengan seorang wanita berpendidikan yang mendorong ambisinya. Setelah Revolusi Rusia pada tahun 1917, rencana Khrushchev berubah drastis saat ia bergabung dengan Bolshevik dan memulai karir politik. Selama tahun 1920-an ia bangkit dari ketidakjelasan ke posisi sebagai apparatchik di Partai Komunis Ukraina. Pada tahun 1929, Khrushchev pindah ke Moskow dan mengambil posisi di Akademi Industri Stalin. Dia naik ke posisi meningkatkan kekuatan politik di Partai Komunis dan tidak diragukan lagi terlibat dalam pembersihan kekerasan rezim Stalin. Selama Perang Dunia II, Khrushchev menjadi komisaris politik di Tentara Merah. Setelah kekalahan Nazi Jerman, Khrushchev bekerja untuk membangun kembali Ukraina, yang telah hancur selama perang. Dia mulai mendapatkan perhatian, bahkan oleh pengamat di Barat. Pada tahun 1947 The New York Times menerbitkan sebuah esai oleh jurnalis Harrison Salisbury berjudul "The 14 Men Who Run Russia." Itu berisi bagian tentang Khrushchev, yang mencatat bahwa pekerjaannya saat ini adalah membawa Ukraina sepenuhnya ke dalam cengkeraman Soviet dan bahwa, untuk melakukannya, dia melakukan pembersihan dengan kekerasan. Pada tahun 1949, Stalin membawa Khrushchev kembali ke Moskow. Khrushchev terlibat dalam intrik politik di dalam Kremlin yang bertepatan dengan kesehatan diktator Soviet yang memburuk. Naik ke Kekuasaan Setelah kematian Stalin pada 5 Maret 1953, Khrushchev memulai kebangkitannya sendiri ke puncak struktur kekuasaan Soviet. Bagi pengamat luar, dia tidak dipandang sebagai favorit. The New York Times menerbitkan artikel halaman depan setelah kematian Stalin mengutip empat orang yang diharapkan untuk menggantikan pemimpin Soviet. Georgy Malenkov dianggap sebagai pemimpin Soviet berikutnya. Khrushchev disebut-sebut sebagai salah satu dari sekitar selusin tokoh yang diyakini memegang kekuasaan di dalam Kremlin. Pada tahun-tahun segera setelah kematian Stalin, Khrushchev berhasil mengungguli para pesaingnya, termasuk tokoh-tokoh terkenal seperti Malenkov dan Vyacheslav Molotov. Pada tahun 1955, ia telah mengkonsolidasikan kekuatannya sendiri dan pada dasarnya memimpin Uni Soviet. Khrushchev memilih untuk tidak menjadi Stalin yang lain, dan secara aktif mendorong proses de-Stalinisasi setelah kematian diktator. Peran polisi rahasia dibatasi. Khrushchev terlibat dalam plot yang menggulingkan kepala polisi rahasia yang ditakuti, Lavrenti Beria yang diadili dan ditembak. Teror tahun-tahun Stalin dikecam, dengan Khrushchev menghindari tanggung jawabnya sendiri untuk pembersihan. Di ranah luar negeri, Khrushchev secara agresif menantang Amerika Serikat dan sekutunya. Dalam ledakan terkenal yang ditujukan kepada duta besar Barat di Polandia pada tahun 1956, Khrushchev mengatakan bahwa Soviet tidak perlu menggunakan perang untuk mengalahkan musuh-musuhnya. Dalam kutipan yang menjadi legendaris, Khrushchev berteriak, "Suka atau tidak, sejarah ada di pihak kami. Kami akan menguburmu." Di Panggung Dunia Saat Khrushchev memberlakukan reformasinya di Uni Soviet, Perang Dingin mendefinisikan era secara internasional. Amerika Serikat, yang dipimpin oleh pahlawan Perang Dunia II, Presiden Dwight Eisenhower, berusaha menahan apa yang dipandang sebagai agresi komunis Rusia di tempat-tempat bermasalah di seluruh dunia. Pada bulan Juli 1959, pencairan relatif dalam hubungan Soviet-Amerika terjadi ketika sebuah pameran perdagangan Amerika dibuka di Moskow. Wakil presiden Richard Nixon melakukan perjalanan ke Moskow dan melakukan konfrontasi dengan Khrushchev yang tampaknya menentukan ketegangan antara negara adidaya. Kedua pria itu, berdiri di samping pajangan peralatan dapur, memperdebatkan nilai relatif komunisme dan kapitalisme. Retorikanya keras, tetapi laporan berita mencatat bahwa tidak ada yang kehilangan kesabaran. Argumen publik langsung menjadi terkenal sebagai "Debat Dapur", dan dilaporkan sebagai diskusi yang alot antara lawan yang gigih. Orang Amerika mendapat gambaran tentang sifat keras kepala Khrushchev. Beberapa bulan kemudian, pada September 1959, Khrushchev menerima undangan untuk mengunjungi Amerika Serikat. Dia berhenti di Washington, DC, sebelum melakukan perjalanan ke New York City, di mana dia berbicara di PBB. Dia kemudian terbang ke Los Angeles, di mana perjalanan itu tampaknya tidak terkendali. Setelah mengucapkan salam tiba-tiba kepada pejabat setempat yang menyambutnya, dia dibawa ke sebuah studio film. Dengan Frank Sinatra bertindak sebagai pembawa acara, penari dari film "Can Can" tampil untuknya. Namun, suasana berubah pahit, ketika Khrushchev diberitahu bahwa dia tidak akan diizinkan mengunjungi Disneyland. Alasan resminya adalah karena polisi setempat tidak bisa menjamin keselamatan Khrushchev dalam perjalanan jauh ke taman hiburan. Pemimpin Soviet, yang tidak terbiasa diberi tahu ke mana dia bisa pergi, meledak dalam kemarahan. Pada satu titik dia berteriak, menurut laporan berita, "Apakah ada wabah kolera di sana atau semacamnya? Atau apakah para gangster telah menguasai tempat yang dapat menghancurkan saya?" Pada satu penampilan di Los Angeles, walikota Los Angeles, mengacu pada pernyataan terkenal Khrushchev "kami akan menguburmu" dari tiga tahun sebelumnya. Khrushchev merasa telah dihina, dan diancam akan segera kembali ke Rusia. Di Iowa, Khrushchev menikmati hot dog pertamanya. Gambar Getty Khrushchev naik kereta ke utara ke San Francisco, dan perjalanan itu menjadi lebih bahagia. Dia memuji kota dan terlibat dalam olok-olok ramah dengan pejabat lokal. Dia kemudian terbang ke Des Moines, Iowa, di mana dia mengunjungi pertanian Amerika dan dengan senang hati berpose di depan kamera. Dia kemudian mengunjungi Pittsburgh, di mana dia berdebat dengan para pemimpin buruh Amerika. Setelah kembali ke Washington, dia mengunjungi Camp David untuk pertemuan dengan Presiden Eisenhower. Pada satu titik, Eisenhower dan Khrushchev mengunjungi pertanian presiden di Gettysburg, Pennsylvania. Tur Khrushchev di Amerika menjadi sensasi media. Sebuah foto Khrushchev mengunjungi sebuah peternakan Iowa, tersenyum lebar sambil melambaikan sebutir jagung, muncul di sampul majalah LIFE . Sebuah esai dalam edisi tersebut menjelaskan bahwa Khrushchev, meskipun terkadang terlihat ramah selama perjalanannya, adalah musuh yang sulit dan pantang menyerah. Pertemuan dengan Eisenhower tidak berjalan dengan baik. Tahun berikutnya, Khrushchev kembali ke New York untuk tampil di PBB. Dalam sebuah insiden yang menjadi legenda, ia mengganggu jalannya sidang Majelis Umum. Selama pidato seorang diplomat dari Filipina, yang dianggap Khrushchev sebagai penghinaan terhadap Uni Soviet, dia melepaskan sepatunya dan mulai memukulkannya ke mejanya secara berirama. Bagi Khrushchev, insiden dengan sepatu itu pada dasarnya menyenangkan. Namun itu digambarkan sebagai berita halaman depan yang tampaknya menerangi sifat tak terduga dan mengancam Khrushchev. Krisis Rudal Kuba Konflik serius dengan Amerika Serikat menyusul. Pada Mei 1960, sebuah pesawat mata-mata U2 Amerika ditembak jatuh di atas wilayah Soviet dan pilotnya ditangkap. Insiden itu memicu krisis, karena Presiden Eisenhower dan para pemimpin sekutu telah merencanakan pertemuan puncak yang dijadwalkan dengan Khrushchev. KTT terjadi, tetapi berjalan dengan buruk. Khrushchev menuduh Amerika Serikat melakukan agresi terhadap Uni Soviet. Pertemuan itu pada dasarnya runtuh dengan tidak ada yang tercapai. Amerika dan Soviet akhirnya membuat kesepakatan untuk menukar pilot pesawat U2 dengan mata-mata Rusia yang dipenjara di Amerika, Rudolf Abel . Bulan-bulan awal pemerintahan Kennedy ditandai dengan ketegangan yang meningkat dengan Khrushchev. Invasi Teluk Babi yang gagal menciptakan masalah, dan pertemuan puncak Juni 1961 antara Kennedy dan Khrushchev di Wina sulit dilakukan dan tidak menghasilkan kemajuan nyata. Presiden Kennedy dan Khrushchev di KTT Wina mereka. Gambar Getty Pada Oktober 1962, Khrushchev dan Kennedy menjadi selamanya terkait dalam sejarah karena dunia tiba-tiba tampak di ambang perang nuklir. Sebuah pesawat mata-mata CIA di atas Kuba telah mengambil foto-foto yang menunjukkan fasilitas peluncuran rudal nuklir. Ancaman terhadap keamanan nasional Amerika sangat besar. Rudal, jika diluncurkan, bisa menyerang kota-kota Amerika tanpa peringatan. Krisis memanas selama dua minggu, dengan masyarakat menjadi sadar akan ancaman perang ketika Presiden Kennedy memberikan pidato di televisi pada 22 Oktober 1962. Negosiasi dengan Uni Soviet akhirnya membantu meredakan krisis, dan Rusia akhirnya memindahkan rudal dari Kuba. . Setelah Krisis Rudal Kuba, peran Khrushchev dalam struktur kekuasaan Soviet mulai menurun. Upayanya untuk bergerak dari tahun-tahun kelam kediktatoran brutal Stalin umumnya dikagumi, tetapi kebijakan domestiknya sering dianggap tidak teratur. Di ranah urusan internasional, saingan di Kremlin memandangnya sebagai orang yang tidak menentu. Jatuh Dari Kekuasaan dan Kematian Pada tahun 1964 Khrushchev pada dasarnya digulingkan. Dalam permainan kekuasaan Kremlin, ia dilucuti dari kekuasaannya dan dipaksa untuk pensiun. Khrushchev menjalani kehidupan pensiunan yang nyaman di sebuah rumah di luar Moskow, tetapi namanya sengaja dilupakan. Secara rahasia, dia mengerjakan sebuah memoar, yang salinannya diselundupkan ke Barat. Pejabat Soviet mengecam memoar itu sebagai pemalsuan. Ini dianggap sebagai narasi peristiwa yang tidak dapat diandalkan, namun diyakini sebagai karya Khrushchev sendiri. Pada 11 September 1971, Khrushchev meninggal empat hari setelah menderita serangan jantung. Meskipun dia meninggal di rumah sakit Kremlin, halaman depan berita kematiannya di The New York Times mencatat bahwa pemerintah Soviet belum mengeluarkan pernyataan resmi tentang kematiannya. Di negara-negara yang dia sukai untuk dimusuhi, kematian Khrushchev diperlakukan sebagai berita besar. Namun, di Uni Soviet, sebagian besar diabaikan. The New York Times melaporkan bahwa sebuah artikel kecil di Pravda, surat kabar resmi pemerintah, melaporkan kematiannya, tetapi menghindari pujian apa pun dari pria yang telah mendominasi kehidupan Soviet selama satu dekade. Sumber "Khrushchev, Nikita." UXL Encyclopedia of World Biography, diedit oleh Laura B. Tyle, vol. 6, UXL, 2003, hlm. 1083-1086. Pustaka Referensi Virtual Gale. "Nikita Sergeevich Khrushchev." Encyclopedia of World Biography, edisi ke-2., vol. 8, Gale, 2004, hlm. 539-540. Pustaka Referensi Virtual Gale. Taubman, William. "Khrushchev, Nikita Sergeyevich." Encyclopedia of Russian History, diedit oleh James R. Millar, vol. 2, Referensi Macmillan USA, 2004, hlm. 745-749. Pustaka Referensi Virtual Gale.
Itulahsi pilot Allen Pope. Dari dokumen-dokumen yang disita, terkuak Allen Pope terkait dengan operasi CIA. Yaitu menyusup di gerakan pemberontakan di Indonesia untuk menggulingkan Soekarno. kebudayaan dan faunayang menonjol. Salah satunya adalah adanya rusa - rusanya yang indah yang didatangkan langsung dari Nepal dan tetap terjaga dari
0% found this document useful 0 votes571 views4 pagesOriginal TitleSEJARAH MINAT KELAS 12 IPS 1Copyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes571 views4 pagesSejarah Minat Kelas 12 IpsOriginal TitleSEJARAH MINAT KELAS 12 IPS 1Jump to Page You are on page 1of 4 You're Reading a Free Preview Page 3 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
MuhYamin menamakan kerajaan Sriwijaya sebagai Negara Kesatuan Pertama dengan dasar kedatuan (Suwarno, 1993: 20). Nilai-nilai yang muncul dan terkait dengan pancasila adalah nilai persatuan, nilai religious kemasyarakatan dan ekonomi yang terialin satu sama lain dengan internasionalisme dalam bentuk hubungan dagang dengan negeri-negeri lain. 10
Presiden Sukarno diantara John F. Kennedy dan Nikita Khrushchev. Ilustrasi Betaria/Historia. Memasuki dekade 1960, ketegangan Perang Dingin memuncak. Kala itu, Amerika Serikat AS dipimpin Presiden Kennedy sedangkan Uni Soviet oleh Nikita Khrushchev. Krisis di antara Kennedy dan Khrushchev ditandai dengan perlombaan senjata dan eksplorasi luar angkasa. Ketegangan ini membagi dunia atas dua kubu Blok Barat AS dan Blok Timur Uni Soviet. Di tengah persaingan AS dan Uni Soviet, Presiden Sukarno tampil membawa Indonesia sebagai negara non blok. Meski demikian, Sukarno ikut aktif menjalin persahabatan baik terhadap Kennedy maupun Khrushchev. Sukarno lebih dahulu menggaet Khrushchev dengan mengundang sang kamerad berkunjung ke Indonesia. Gayung bersambut. Pada 18 Februari 1960, Khrushchev tiba di Jakarta. Ratusan rakyat memadati lapangan udara Kemayoran menyampaikan ucapan selamat datang. Sambutan terhadap Khrushchev berlanjut ke Istana Merdeka. Untuk memukau rombongan Khruschev, Sukarno menggelar pertunjukan kesenian selama tiga setengah jam. Khrushchev dalam memoarnya Memoirs of Nikita Khrushchev Volume 3 mengaku sungguh terpesona atas sambutan kedatangannya di Indonesia. Namun ketika acara jamuan, terjadilah insiden. Sukarno bikin ulah. Dalam pidatonya, Khrushchev merasa “dikerjai” oleh presiden Indonesia itu. “Tetapi saya tidak mau menyembunyikan, bahwa juga ada sedikit perselisihan antara saya dengan sahabat saya Bung Karno. Dan malahan perselisihan itu barangkali bisa tumbuh kalau saya diberikan tekanan terus,” ujar Khrushchev dalam pidatonya yang terhimpun dalam koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia ANRI, termuat di khazanah “Pidato Presiden RI Soekarno 1958—1967, No. 165”. “Di sini banyak sekali makanan dan dipaksakan terus agar makan semua,” terang Khruschev tergelak Ternyata tekanan yang dimaksud Khrushchev adalah suguhan makanan terus menerus. Demi tamu kehormatan, rupanya Bung Karno ingin memberikan pelayanan yang terbaik. Salah satu caranya dengan menyajikan begitu banyak makanan khas Indonesia yang tidak sanggup dihabiskan rombongan Soviet. Setahun berselang, giliran Sukarno yang diundang oleh Kennedy. Pada 13 September 1961, Sukarno mendarat di pangkalan Angkatan Udara Andrews. Kennedy menyambut langsung kedatangan Sukarno lengkap dengan defile militer. Setelah itu, Kennedy dan Sukarno menuju Gedung Putih untuk mengadakan pembicaraan informal. Dalam acara ramah tamah, usai jamuan makan, Sukarno melihat bahwa Kennedy tidak didampingi sang istri, Jacqueline. Ibu negara yang akrab disapa Jackie itu memang dikenal anggun dan berparas manis. Sukarno tentu ingin bertemu sosok Jackie, sekedar berkenalan. Ketika berjalan ke serambi depan Gedung Putih, Kennedy mengantarkan Sukarno menuju mobil sambil bercakap-cakap. Saat itulah Sukarno menanyakan perihal keberadaan Jackie. Di belakang mereka ada Guntur, putra sulung Bung Karno, yang menguntit dan kemudian mencatat pembicaraan kedua presiden itu dalam memoar Bung Karno Bapakku, Kawanku, Guruku. “John, dari tadi aku tak melihat Jackie, ke mana dia?” tanya Sukarno. “Oh ya, tadi aku lupa menyampaikan permintaan maafnya, karena dia berhalangan hadir dalam jamuan,” jawab Kennedy. “Sekarang ia ada di mana?” Sukarno penasaran. “Sedang ke luar kota untuk suatu acara, dan ini berarti bahwa di Washington malam ini ada dua orang jomblo yang berbahagia! Kau dan saya! Betul atau tidak, Mr. President?” ujar Kennedy menggoda. Sambil tersipu, Sukarno berkata, “Ho, ho, John! Kau adalah betul-betul sahabatku yang baik.”
Prinsipyang menonjol adalah kehidupan kelompok sel adalah perjumpaan dengan Yesus dan setiap anggota komsel harus mengalami pengalaman perjalanan dan hubungan pribadi dengan Yesus. Mengalami perjumpaan dengan Yesus bisa melalui tiga perjumpaan 13 Dep. Komsel GBI Keluarga Allah, SOM Kelas-3 Aku Pasti Berbuah 13 Dep. Komsel GBI Keluarga Allah, SOM Kelas
Moskow - Enam bulan setelah kematian Joseph Stalin, seorang politikus bernama Nikita Khrushchev menggantikannya sebagai Sekretaris Pertama Partai Komunis Uni Soviet. Lahir dari keluarga petani Ukraina pada tahun 1894, Khrushchev bekerja sebagai mekanik tambang sebelum bergabung dengan Partai Komunis Soviet pada tahun 1918. Pria kelahiran 15 April 1894 tersebut berangkat ke Moskow pada tahun 1929 dan pada 1938 ia diangkat menjadi Sekretaris Pertama Partai Komunis Ukraina. Dubes China Minta Hak Kebebasan Berbicara Harus Dijamin Ukraina Kenang Genosida Tatar Crimea oleh Uni Soviet, Ungkap Rakyatnya Bertahan dan Berjuang Dijajah Rusia Warna-warni Kembang Api Meriahkan Hari Kemenangan Rusia di Perang Dunia 2 Sejak saat itu, sosok Khrushchev menjadi orang dekat Joseph Stalin, pemimpin otoriter Uni Soviet sejak 1924. Pada tahun 1953, Stalin mangkat dan Khrushchev harus berhadapan dengan Georgy Malenkov untuk menduduki posisi sebagai Sekretaris Pertama Partai Komunis Uni Soviet. Faktanya, Khrushchev memenangkan perebutan kekuasaan. Dan Malenkov dijadikan perdana menteri, sebuah jabatan seremonial. Pada tahun 1955, Malenkov digantikan oleh Nikolai Bulganin, sosok yang didukung Khrushchev. Pada tahun 1956, di Kongres partai ke-20, Khrushchev mencela Stalin dan kebijakan totaliternya. Tindakannya memicu pelepasan jutaan tahanan politik. Dan segera setelahnya atmosfer kebebasan baru menyebabkan pemberontakan anti-Soviet di Polandia dan Hongaria. Kebijakan Khrushchev sendiri tidak mendapat dukungan dari seluruh kalangan di Partai Komunis. Kalangan garis keras diketahui menentangnya bahkan pada Juni 1957 ia nyaris digulingkan dari jabatannya sebagai Sekretaris Pertama. Khrushchev pun mengambil tindakan "menyingkirkan" anggota partai yang menentangnya dan pada tahun 1958, ia bersiap melangkah menjadi perdana menteri. Momen 27 Maret 1958, Uni Soviet memilih dengan suara bulat menjadikannya sebagai perdana menteri dan peristiwa itu secara formal menjadi pengakuan atas sosoknya sebagai pemimpin Uni Soviet. Dalam urusan luar negeri, kebijakan Khrushchev salah satunya adalah "koeksistensi damai" dengan Barat. Ia mengatakan, "Kami menawarkan kepada negara-negara kapitalis persaingan damai", demikian seperti dikutip dari History. Tak hanya itu, di bawah Khrushchev, Soviet juga mencapai keunggulan dalam perlombaan di bidang angkasa luar dengan meluncurkan satelit dan astronaut pertama negara itu. Pada masa pemerintahannya, Khrushchev juga melakukan kunjungan ke AS pada tahun 1959 dan peristiwa itu dianggap sebagai babak baru dalam hubungan kedua negara meski pada awal 1960-an relasi Washington-Moskow kembali menurun. Krisis rudal Kuba, krisis pertanian di dalam negeri, dan kemunduran hubungan Soviet-China akibat kebijakan Khrushchev menyebabkan pertentangan terhadap dirinya meningkat. Pada 14 Oktober 1964, Leonid Brezhnev, anak didik dan wakil Khrushchev, memimpin sebuah kudeta yang berhasil. Khrushchev tiba-tiba mengundurkan diri sebagai Sekretaris Pertama dan PM. Beberapa tahun setelah pensiun, tepatnya 11 September 1971, ia wafat akibat serangan jantung di rumah sakit di dekat apartemennya di Moskow. Surat kabar Pravda memuat pengumuman kematian Khrushchev hanya sepanjang satu kalimat. Sedangkan media Barat memuat liputan yang lebih panjang. Koresponden kawakan The New York Times di Moskow, Harry Schwartz, menulis, "Khrushchev membuka pintu dan jendela bangunan yang telah membatu. Ia biarkan udara dan gagasan segar masuk, menghasilkan perubahan yang, seperti telah ditunjukkan waktu, bersifat mendasar dan tak dapat diubah". Sementara itu, 12 September 1953 juga merupakan momen penting bagi trah Kennedy karena pada hari itu John F. Kennedy menikah dengan Jacqueline Bouvier. Pasangan yang kelak menjadi keluarga nomor satu di Amerika Serikat tersebut mengikat janji suci di Newport, Rhode Island. Dalam peristiwa terpisah, terjadi kudeta di Turki pada 12 September 1980. Kudeta yang dilancarkan oleh Jendral Kenan Evren tersebut merupakan kali ketiga setelah pemberontakan pada 1960 dan 1971.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
.